English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Minggu, 09 Juni 2013

AIR DAN KEHIDUPAN



Mengingat ketergantungan semua kehidupan pada air, pencemaran sungai, danau, laut dan badan air lain nya di biosfer merupakan masalah lingkungan yang serius. Banyak ancaman terhadap kualitas air di akibatkan oleh aktifitas manusia. Misalnya pembakaran bahan bakar fosil. Praktik ini semaikin meningkat sejak revolusi industri pada tahun 180 an, melepasan senyawa senyawa gas ke atmosfer, termasuk banyak sekali CO2. Reaksi kimia antara senyawa senyawa ini dengan air mengubah keseimbangan rapuh kondisi kondisi pendukung kehidupan di bumi dengan cara memepengaruhi pH dan suhu air.





Pembakaran bahan bakar fosil adalah sumber utama sulfur dioksida dan dinitrogen oksida. Senyawa senyawa ini bereaksi dengan air di udara untuk membentuk asam kuat yang turun ke bumi bersama hujan atau salju. Presipitasi asam adalah sebutan untuk hujan, salju, kabut dengan pH yang lebih rendah dari 5,2
(Hujan yang tidak tercemar mempunyai pH sekitar 5,6  agak asam, akibat pembentukan asam karbonat dari CO2 dan air). Pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar batu bara menghasilkan lebih banyak oksida oksida ini daripada sumber manapun. Angin membawa polutan polutan itu ke tempat yang jauh, dan presipitasi asam dapat turun ratusan kilometer jauhnya dari pusat pusat industri.
Presipitasi asam dapat merusak kehidupan di danau dan sungai. Selain itu presipitasi asam yang turun di daratan memberi pengaruh buruk pada kimia tanah dan telah banyak memakan korban hutan hutan di kawasan tropis maupun subtropis. CO2 produk utama pembakaran bahan bakar fosil, menyebabkan masalah masalah lain. Pelepasan karbon ke atmosfer terus meningkat dan di duga akan berlipat dua pada tahun 2065 (NY times, Desember 2002) relatif terhadap pelepasan karbon pada tahun 1800 an. Sekitar separuh CO2 akan tetap berada di atmosfer, bertindak sebagai pemantul panas di seluruh bumi dan mencegah panas beradiasi keluar. Sebagian yang lain di serap  tumbuhan untuk fotosintesis. Sisanya sekitar 30% akan di serap samudera. Terlepas dari sangat besarnya volume air di samudera, para ilmuwan khawtir bahwa penyerapan sedemikian banyak CO2 ini akan membahayakan kehidupan dan ekositem laut.
Ketika larut dalam air, karbon dioksida membntuk asam karbonat (H2CO3). Hampir semua asam karbonat secara bergiliran berdisosiasi menghasilkan proton dan keseimbangan antara dua ion, bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO32-). Ketika air laut menjadi asam ketika proton berlebihan, keseimbangan bergeser ke arah bikarbonat, sehingga menurunkan konsentrasi karbonat. Banyak penelitian telah menunjukan bahwa kalsifikasi,yaitu produksi kalsium karbonat oleh koral dan berbagai organisme lai di pengaruhi secara langsung oleh kedua ion tersebut. Penurunan ion karbonat sekecil apapun akan menimbulkan kekhawatiran besar karena kalsifikasi membentuk terumbu karang di laut tropis kita. Ekositem yang sensitif ini bertindak sebagai surga bagi banyak organisme.
                                  

0 komentar :

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

About Biology

Flag Counter