English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Jumat, 17 Mei 2013

NUTRASETIKAL

Nutrasetikal Terapi Komplemen untuk Kanker


Sepanjang hidup, tubuh manusia mengalami enam sampai sepuluh kali erupsi sel sel yang berpotensi menjadi kanker. Masalah muncul bila sistem kkebalan tubuh terganggu. Kekebalan melemah, daya tahan tubuh tidak mampu mengendalikan laju mutasi genetik sel kanker. Pengobatan komplementer dan nutrasetikal adalah pendekatan yang lebih aman.

Setiap orang memiliki potensi kanker. Kanker sendiri merupakan penyakit akibat pertumbuhan dan siklus sel yang abnormal. Bila daya tahan tubuh lemah, tubuh kehilangan kemampuan mengendalikan siklus sel dan membunuh sel sel kanker. Lewat aliran darah dan kelenjar getah bening lah kanker menyebar menjadi kanker metastatik di jaringan dan organ yang lain.

Kanker bukanlah penyakit ringan. Langkah awal pengobatan adalah dengan deteksi secara benar dari gejala yang timbul seperti benjolan, pengerasan jaringan dan lain lain. Umumnya deteksi ini di lakukan dengan biopsi, sehingga pengobatan dapat di lakukan secara cepat, tepat dengan terapi pengobatan konvensional. Contohnya pembedahan dengan membuang jaringan yang terserang, di tambah radioterapi dan kemoterapi untuk mematikan sel kanker.

Adakalanya terapi di atas masih di tambah terapi hormon yang bertujuan mengatur keseimbangan hormon. Menurut Dr Paulus W Halim pengobatan kanker bisa di barengi dengan terapi komplementer atau terapi pendamping berupa pemberian nutrisi. "terapi nutrisi maksudnya dengan memperhatikan ekobiosistem tubuh" ujar Dr Paulus. Terapi ini di lakukan dengan tidak memunculkan lingkungan dalam tubuh yang mendukung sel kanker.

NUTRASETIKAL

Cara efektif melawan kanker adalah jangan memberi sel kanker lingkungan yang mendukung untuk perkembanganya. Penderita wajib mengonsumsi makanan yang bersifat sebagai obat atau Nutrasetikal.
Nutrasetikal adalah bahan yang memberikan manfaat medis , termasuk mencegah atau mengobati penyakit. nutrasetikal terdiri  atas herbal, suplemen, dan minuman nutrasetikal.

Herbal dapat berbentuk bumbu dapur, sayuran, dan buah buahan. Suplemen berupa vitamin dan mineral. minuman nutrasetikal meliputi air jahe, air kacang hijau, kunyit asam, beras kencur, air dan susu kedelai, agar agar dan masih banyak lagi.

Bila ingin mengonsumsi gula sebaiknya pilih madu, gula aren, atau gula kelapa. Hindari pemanis buatan. Hindari pula susu sapi dan hasil olahanya karena susu sapi membuat tubuh memproduksi mucous yang notabene adalah habitat bagi sel kanker. Sebagai penggantinya konsumsi susu kedelai tanpa pemanis. 


Hal lain yang perlu di ketahui sel kanker merupakan sel yang suka dengan lingkungan yang asam. Daging misalnya, walaupun bersifat amfoter, kebanyakan daging adalah bahan pangan yang bersifat asam. Daging dewasa ini banyak mengandung residu antibiotik , hormon pertombuhan dan genetic engineering.

Penderita kanker sebaiknya diet sebagai vegan. Hindari konsumsi lemak tinggi dan imbangi dengan makanan berserat tinggi. Jangan pula mengonsumsi makanan dalam kaleng atau yang mengandung bahan pengawet. Hindari konsumsi garam meja yang mengandung pemutih dan bahan kimia, sebaiknya konsumsi garam kasar.

Hal lain yang perlu di hindari adalah makanan yang telah di rekayasa genetik seperti jagung dan kentang transgenik, serta sayuran yang mengandung residu logam berat, pestisida, atau herbisida. Hindari juga makanan seperti jengkol, mlinjo, durian dan buah bergetah seperti cempedak, nangka, sawo, duku, makanan yang di panaskan dengan microwave dan makanan yang di panaskan dengan suhu tinggi (sterilisasi).

Sebaiknyasetiap hari  konsumsi 80% sayuran segar, biji bijian, sereal, dan buah buahan. Kacang kacangan juga di perlukan, tetapi yang sudah di masak karena kacang kacangan memiliki antinutrisi yang akan hilang jika di masak.

Penderita juga di larang minum  minuman yang mengandung kafein tinggi seperti kopi, teh, coklat alkohol dan soft drink. Di sarankan untuk minum teh hijau yang mengandung antioksidan dan anti karsinogenik.

PERAN HERBAL


Untuk mendapatkan nutrasetikal dalam bentuk tanaman obat, Indonesia tak akan mengalami kesulitan. Negara kita merupakan sumber tanaman obat terbesar kedua setelah Brazil. Saat ini di ketahui sekitar 40 jenis tanaman obat asli Indonesia yang di percaya mempunyai efek antisarcoma. Sayang sekali bila tidak di manfaatkan secara optimal. Di samping itu , masih banyak bahan nutrisi herbal yang tumbuh liar di belantara indonesia.

Biodiversivitas tersebut menjadi sumber simplisia, yakni bahan alami yang telah di keringkan dan belum mengalami pengolahan apapun, selanjutnya di gunakan sebagai obat karena terbukti berkhasiat sebagai obat. Dalam praktek pengobatan kanker tanaman obat yang sering di gunakan di antaranya adalah beberapa jenis benalu, buah merah, daun dewa, keladi tikus, sambiloto dan lingzhi.

Lingzhi




Lingzhi bila di konsumsi secara teratur dapat merangsang produksi interferon  serta interleukin I dan II. Interferon dan interleukin secara alami di produksi oleh tubuh sebagai anti sarcoma. Secara tidak langsung lingzhi mengandung polisakarida 1,3 D glukan dan Beta 1,6 D glukan yang juga berfungsi sebagai reseptor anti sarcoma. Polisakarida juga dapat memperkuat makrofag. Dalam sebuah riset, Cao QZ membuktikan ekstrak lingzhi bersifat anti tumor. Cao menginduksi sel tumor sarkoma 180 pada mencit. Ia memberikan dosis berbeda untuk setiap kelompok percobaan, yakni 50, 100, dan 200 mg per kilogram berat badan mencit. Presentase penghambatan masing masing adalah 35,2%; 45,2%; 61,6%

Sambiloto juga bisa menjadi racun bagi sel sel kanker. Dalam tanaman tersebut terdapat senyawa saponin, flavonoid, tannin, andro grafolida, panikolina dan bebebrapa mineral esensial.senyawa tersebut sudah terbukti secara klinis menghambat pertumbuhan sel kanker


Meski berbagai herbal bermanfaat sebagai obat, namun pemakaianya harus alami. Bahanya pun harus mempertahankan sifat genetik.

Khasiat dari bahan bahan tersebut akan hilang jika di radiasi dan mengalami perubahan pada materi genetiknya. Karena itu membudidayakan tanaman herbal tersebut harus menggunakan prinsip pertanian organik seutuhnya.Selain itu, karena metabolisme setiap orang yang berbeda, ramuan herbal untuk setiap orang juga tidak sama. Keuntungan pasti dari memanfaatkan herbal adalah tidak bersifat toksik sehingga aman bagi tubuh penderita kanker.

Sayangnya saat ini belum ada standar mutu bahan baku dan belum adanya double line clinical trial tentang tanaman obat secara menyeluruh.

0 komentar :

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

About Biology

Flag Counter